Waste Hub, Pengubah Hidup Pemulung Melalui Pengelolaan Sampah

Konten [Tampil]

Sampah menjadi permasalahan yang cukup serius di Indonesia sejak dulu. Tidak semua sampah dibuang pada tempatnya dan tidak terkelola dengan baik. Akibatnya, banyak sampah berserakan di jalanan. Dari banyaknya sampah berserakan tersebut, banyak pemulung yang mengais rejeki dari sampah-sampah ini. 

Meskipun setiap hari pemulung dan petugas kebersihan mengumpulkan sampah, tidak menjamin jalanan tersebut bebas dari sampah. Selain itu, tidak menjamin juga para pemulung tersebut akan mendapatkan kehidupan yang layak. Bisa makan sehari-hari saja sudah cukup bagi mereka. Inilah yang membuat anak-anak dari para pemulung harus merelakan pendidikannya demi membantu perekonomian keluarga. Tidak jarang ibu-ibu atau bahkan anak-anak juga ikut memulung sampah.

Hal inilah yang membuat Siti Salamah tergerak untuk membantu para pemulung. Sejak tahun 2015, Siti Salamah fokus pada pemberdayaan masyarakat. Wanita kelahiran Lampung ini membantu anak-anak di lingkungan pemulung mendapatkan pendidikan non formal dan spiritual. Tidak hanya berfokus pada pendidikan saja, Siti juga membantu meningkatkan taraf hidup para pemulung ini melalui aspek ekonomi. Siti mengajarkan keterampilan lain kepada ibu-ibu agar bisa mendapatkan penghasilan lebih. Tidak sendirian, Siti dibantu oleh beberapa relawan untuk memberikan ilmu pada anak-anak di kawasan tersebut.

Awal Terbentuknya Waste Hub

Siti tidak terlalu tertarik dengan permasalahan lingkungan, dia hanya fokus pada pemberdayaan pemulung dan menjadikan mereka sebagai penerima manfaat. Hingga pada tahun 2018, dia dipertemukan dengan seseorang yang aktif di bidang lingkungan. Siti diberi sebuah motivasi bahwa pemulung berperan penting untuk masalah lingkungan. Tapi selama ini pemulung tidak dilirik padahal sosok yang juga turut andil dalam pembersihan sampah di jalanan itu adalah pemulung, walaupun hanya satu atau dua botol.

Hingga akhirnya mereka berkolaborasi dan sepakat untuk merintis usaha sosial yang berfokus pada pengelolaan sampah dan perbaikan kondisi sosial kehidupan lingkungan pemulung di perkotaan. Dari kolaborasi ini terbentuklah Waste Solution Hub atau yang biasa disingkat Waste Hub. Program ini membuat sistem pengelolaan sampah terintegrasi dan melibatkan berbagai pihak. Mereka menghubungkan produsen sampah dengan bank sampah dan meningkatkan kemandirian pemulung.

Tadinya, pemulung hanya fokus memilah, mengumpulkan dan menimbang sampah setiap dua minggu sekali. Penghasilan yang didapat pun tidak lebih dari 1 juta setiap bulannya. Dengan adanya Waste Hub yang melibatkan berbagai pihak ini para pemulung tersebut dapat meng-upgrade skill yang dimiliki. Mereka dapat mengelola sampah sehingga dapat menaikkan nilai jual dari sampah-sampah tersebut. Selain itu, pemulung juga banyak terlibat dalam berbagai kegiatan yang diikuti. Bahkan sering dijadikan pembicara dan pengajar bagi relawan yang ingin belajar memilah sampah. Hal ini berdasarkan keterangan dari Siti Salamah dalam acara Good Movement 1 Bersama Penerima SATU Indonesia Awards yang diadakan oleh GNFI pada 21 Agustus 2023.

Di Waste Hub, para pemulung tidak dipandang sebelah mata. Siti merasa jika pemulung juga harus dimanusiakan dan dihargai. Para pemulung selalu dilibatkan dalam setiap event dan diberi bayaran secara profesional sebagai tim bukan sebagai pemulung.

“Sampah berasal dari kita, jadi kita harus terlibat dalam permasalahan lingkungan. Kita yang ngebuang, kita juga yang harus tanggung jawab.”  – Siti Salamah.

Gagasan Waste Solution Hub

Waste Hub memiliki impian yakni mempunyai tempat pengelolaan sampah yang terintegrasi, terpantau dan bisa diakses semua orang. Mereka juga menginginkan tempat sampah yang rapi dan bersih seperti di luar negeri. Tidak memiliki kesan kumuh seperti tempat sampah pada umumnya. 

Seiring berjalannya waktu, akhirnya impian tersebut dapat diwujudkan, Waste Hub kini memiliki tempat pengelolaan sampah yang diidamkan. Selain itu, Siti Salamah beserta teman-teman juga berusaha untuk memberikan edukasi mengenai pemilahan sampah yang dimulai dari rumah. Di masa pandemi COVID-19 dulu, mereka memberikan kelas pelatihan pengolahan sampah dari rumah yang ditujukan untuk IRT, bahkan sampai Malaysia. Tidak tanggung-tanggung, peserta yang mengikuti kelas ini mencapai 100 peserta dari target 50 peserta.

"Masa COVID-19 kita seperti digempur habis-habisan untuk mengedukasi tentang sampah. Karena sampah yang dihasilkan di masa pandemi ini berkali-kali lipat." Kata Siti Salamah. 

Tidak hanya sampai di tahap edukasi saja, para IRT juga diajak untuk memilah sampah. Setelah sampah-sampah tersebut dipilah, sampah yang telah terpilah tersebut dikirimkan ke Waste Hub, kemudian ditimbang dan diolah. Hasil dari olahan sampah tersebut digunakan untuk kegiatan sosial yang ada di lapak pemulung. Di masa pandemi tersebut, mereka berhasil menyalurkan sebanyak 3 ribu sembako untuk seluruh pemulung yang ada di Jabodetabek, bahkan sampai Pandeglang. 

Tantangan yang Dilalui Serta Upaya dalam Menghadapinya

Perjalanan yang dilalui oleh Siti Salamah tidaklah mulus. Tantangan tentu turut hadir dalam perjalanan tersebut. "Tidak mudah mengajak orang untuk melestarikan lingkungan." Ungkap Siti. Tapi dengan kegigihan yang dimiliki, akhirnya rintangan tersebut dapat dilewati. 

Upaya yang dilakukan Siti untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan mengelola sampah adalah dengan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Mereka memberikan kesadaran pada masyarakat bagaimana caranya memberikan sedikit kontribusi untuk menjaga bumi. Mereka berkolaborasi dengan berbagai komunitas, RT, RW, komplek-komplek kecil dan sekolah-sekolah. 

Di sekolah-sekolah, Waste Hub memulainya dengan memberikan sosialisasi, mengajarkan memilah sampah, sampai cara mengelolanya. Yang menarik adalah mereka memberikan gelar duta lingkungan di sekolah dan memberikan reward bagi mereka yang mampu mengajak teman-temannya memilah sampah. Salah satu contohnya adalah dengan memberikan akses beasiswa. 

Pada tingkat RT dan RW di wilayah Tangerang Selatan, Waste Hub menyediakan tempat pemilahan sampah dan mengajak masyarakat untuk memilah sampah secara perlahan sampai masyarakat terbiasa. Mereka memberikan record sampah yang dihasilkan, sehingga masyarakat tau seberapa banyak sampah yang telah dihasilkan dan manfaatnya. 

Waste Hub tidak sendiri dalam menyuarakan pemilahan sampah. Contohnya di masjid-masjid, mereka dibantu oleh Barisan Bangun Negeri (BBN). Kegiatan ini tidak hanya dilakukan di satu masjid saja. Hingga saat ini, ada 10 masjid lebih di kawasan Bintaro yang sudah memberikan tempat bagi warga sekitar untuk mengumpulkan sedekah sampah. Setelah dikumpulkan, sampah tersebut ditimbang dan dijual yang kemudian hasilnya digunakan untuk kegiatan di masjid setengah, dan kegiatan di sekitar masjid setengah. Siti Salamah mengungkapkan jika dampak dari kegiatan ini sangat terasa.

“Jangan pernah takut untuk memilah sampah dan jangan pernah gengsi untuk mencari tempat pengumpulan sampah.” – Siti Salamah, dalam acara Good Movement 1 Bersama Penerima SATU Indonesia Awards yang diadakan oleh GNFI pada 21 Agustus 2023.

Dampak dari Adanya Waste Solution Hub

Adanya sebuah program seperti Waste Solution Hub ini memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Mengingat masalah lingkungan adalah sebuah problem yang cukup pelik. Hadirnya Waste Hub mampu mengubah pola pikir masyarakat yang tadinya tidak menyadari pentingnya pemilahan sampah menjadi sadar jika sampah itu perlu diolah, dan jika diolah akan menghasilkan manfaat yang luar biasa.

Program yang dicetuskan oleh Siti Salamah ini memberikan dampak yang signifikan untuk para pemulung. Yang tadinya hanya memulung sampah saja menjadi pemulung yang berani meningkatkan kemampuan yang dimiliki sehingga bisa meningkatkan penghasilan. Tidak hanya peningkatan ekonomi saja, adanya Waste Hub juga berpengaruh dalam peningkatan pendidikan anak-anak di lingkungan pemulung. Sebelumnya, banyak anak-anak yang merelakan pendidikannya karena keterbatasan ekonomi.

Waste Hub datang sebagai ‘penerang’ dengan bekerjasama dengan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) yang merupakan sekolah pendidikan nonformal yang telah diakui oleh pemerintah dan telah mendapat legalitas setara dengan sekolah formal.Salah satu PKBM yang bekerjasama dengan Waste Hub adalah PKBM Kak Seto. Hingga di tahun 2023 ini telah ada lebih dari 100 anak yang dibantu bersekolah dengan taraf pendidikan sejajar. Diantara mereka ada yang sudah kuliah dan ada yang sudah bekerja menjadi buruh.

Waste Solution Hub juga bekerjasama dengan Dinas Pariwisata di Bali dan Labuan Bajo. Sebagian besar kegiatan lingkungan di dua daerah wisata di Indonesia tersebut melibatkan Waste Hub. Kegiatan tersebut dimulai dengan gerakan pengambilan sampah, seperti pengambilan sampah di laut yang dilakukan beramai-ramai.

Siti Salamah berharap semakin fokus pada kegiatan yang sudah dilakukan. Siti juga berharap sekolah untuk anak pemulung semakin bertambah, semakin banyak daerah pariwisata yang dikelola sampahnya, juga semakin banyak event dan pihak yang bekerjasama Waste Hub.

Berkat kegigihannya, Siti Salamah berhasil mengantarkan dirinya menjadi penerima apresiasi SATU Indonesia Award 2021. Waste Hub menjadi harapan bagi banyak pemulung untuk semakin meningkatkan taraf hidup. Semoga apa yang telah dilakukan oleh Siti Salamah dapat menginspirasi jiwa-jiwa penggerak lainnya dalam menjaga dan melestarikan lingkungan. 

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung di blog kami. Mohon jangan tinggalkan link hidup, ya! Jika meninggalkan link hidup mohon maaf komentar akan kami hapus.